KALSEL KEMBANGKAN POTENSI SUMBER EKONOMI

Penulis 06 May 2019 Berita 0 Views

Gubernur Deputi Bank Indonesia (BI), Sugeng (kiri) menyerahkan penghargaan kepada Asisten I Bidang Pemerintahan Provinsi Kalsel, Siswansyah (dua kiri)  pada acara Desiminasi Laporan perekonomian Indonesia 2018 di aula gedung Kantor Perwakilan BI Kalsel, Banjarmasin Jumat (3/5/2019).  MC Kalsel/scw

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel menggelar Desiminasi Laporan perekonomian Indonesia 2018 di aula gedung Kantor Perwakilan BI Kalsel, Banjarmasin, Jumat (3/5/2019). Kegiatan ini langsung dibuka oleh Gubernur Kalsel dalam hal ini diwakili oleh Asisten I Bidang Pemerintah Provinsi Kalsel, Siswansyah.

Gubernur Deputi Bank Indonesia (BI), Sugeng mengatakan fundamental sutruktur ekonomi domestik makin bagus seiring keberlanjutan hilirisasi industri manufaktur. “Hilirisasi industri bisa menekan ketergantungan Indonesia terhadap produk impor. Pembukaan lapangan kerja makin meluas seiring optimalisasi produk turunan hasil komoditas,” katanya.

Maka dari itu Indonesia bisa menguatkan industri manufaktur berbasis produk ekspor. “Ekspor bisa dikembangkan ketika perekonomian global membaik, industri butuh input, jadi bisa dipasok dari domestik, sehingga ketergantungan konten impor bisa berkurang. Ini jadi lebih baik,” jelasnya.

Suasana para peserta Diseminasi Laporan Perekonomian Indonesia 2018 di aula Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI), Banjarmasin Jumat (3/5/2019).            MC Kalsel/scw

Sementara itu Sugeng menghimbau kepada Pemerintah Daerah di Kalsel harus serius mencari sumber-sumber ekonomi baru, seperti optimalisasi pariwisata dan UMKM dan sektor pariwisata paling cepat mendatangkan devisa serta jangan ketergantungan pada produk komoditas, seperti batubara dan Crude Palm Oil (CPO).

Oleh karena itu ia mengungkapkan dua komoditas ekspor ini rentan terhadap perubahan harga dunia karena di Kalsel perekonomian domestiknya sangat tergantung ekspor bahan mentah batu bara dan CPO. Itu sebabnya pertumbuhan ekonomi Kalsel pernah menyentuh angka 7 persen pada 2017, setelah terpuruk di level 3 persen pada 2015.

“Oleh sebab itu kedepan tidak boleh lagi ekonomi Kalsel sangat sensitif terhadap pergerakan harga dunia kalau harga batu bara naik, perekonomian naik. Coba mencari produk turunan dari CPO. Pengembangan pariwisata, apalagi ada isu ibu kota pindah Kalimantan, mengembangkan optimisme,” pungkasnya.

Disisi lain Asisten I Bidang Pemerintahan Provinsi Kalsel, Siswansyah mengatakan perekonomian Kalsel masih bertumpu CPO dan batubara. “Tapi, pihaknya terus mengembangkan potensi pertanian, perikanan, dan destinasi wisata untuk menekan ketergantungan komoditas industri ekstraktif,” katan Siswansyah.

Menurut Siswansyah, pertumbuhan ekonomi Kalsel 5,78 persen pada 2018 lantaran kenaikan harga batubara. Adapun pada 2019, Ia pesimistis pertumbuhan ekonomi Kalsel melampaui realisasi tahun 2018. Sebab, kenaikan tiket pesawat berdampak pada penurunan angka kunjungan wisata di Kalsel.

“Kami sangat pesimis karena peningkatan transportasi memperlambat orang-orang datang ke Kalsel. Januari, Februari, dan Maret, kami pesimis. Tapi kami terus bergerak, karena tahun 2019 jadi perhatian,” ungkapnya.

Kegiatan ini juga dirangkai dengan penyerahan penghargaan oleh Gubernur Deputi Bank Indonesia (BI), Sugeng kepada Asisten I Bidang Pemerintahan Provinsi Kalsel, Siswansyah. MC Kalsel/scw

 

Sumber : MCKALSEL